Welcome to FRENDI FERNANDO (Majenang)Website ... monggo dinikmati...

Jumat, 29 Oktober 2010

untuk kekasih'ku tercinta,Alloh SWT

Ya ALLAH, tahukah Engkau bahwa malam ini saya sangat merindukanMu… sangat ingin berbicara denganMu, sangat ingin berdua saja denganMu, sangat ingin Engkau mendengarkan apa saja yang saya alami dibumi milikMu, sangat ingin dimanjakan olehMu, sangat ingin disayangi dengan segenap kasih sayangMu, sangat ingin tidak ada hijab, tidak ada jarak diantara kita, sangat ingin Engkau memaafkan segala kesalahan saya dimasa masa yang lalu agar kita bisa bersama hingga ujung napas saya, bahkan setelah napas saya berpisah dari raga saya ini…

Ya ALLAH tahukah Engkau bahwa namaMu selalu saya sebut disetiap langkah saya… bahwa namaMu adalah nama terindah yang pernah saya kenal, bahwa dengan menyebut namaMu hati saya akan kembali tenang, bahwa namaMu mampu membuat segumpal daging merah bernama hati didalam jiwa saya bergetar, bahwa namaMu begitu indah bukan hanya ditelinga saya, tapi diseluruh darah yang mengalir sempurna didalam raga saya bahkan berdetak sempurna bak rentakan rampak gendang dijantung hati saya…


Ya ALLAH saya ingin Engkau tahu bahwa sangat mencintaiMu melebihi apapun yang disinari oleh matahariMu, sayang ingin Engkau tahu bahwa cinta saya ini membuat saya ingin terus memperbaiki diri agar Engkau tahu bahwa semua yang saya lakukan adalah untuk memperoleh cintaMu karena saya tahu bahwa saya tidak bertepuk sebelah tangan atas cinta ini…
Ya ALLAH kehadiranMu selalu ada dalam setiap helaan napas saya, tak sehelapun tanpa kehadiranMu, Engkaulah pelepas dahaga jiwa saya, Engkaulah penghapus rasa lapar jiwa saya, penyejuk mata, cahaya akal, pengharum batin, Engkaulah penawar racun didalam raga hamba… You are my everything, You are the step I made, You are my daily sunshine


Ya ALLAH jangan tinggalkan saya, jangan jauhi saya jika saya salah, … tak ada yang lebih baik dari yang saya miliki kecuali Engkau, tak ada cinta yang lain, tak akan saya mencintai apapun diduniaMu yang akan membuat Engkau cemburu dan marah lalu meninggalkan saya, TAK AKAN saya berselingkuh dengan Tuhan lain selain Engkau, tak akan ada cinta yang lain wahai ALLAH

Ya ALLAH inilah saya yang mencintaiMu melebihi apapun … jangan tinggalkan saya
Wahai ALLAH tercinta, yang tiada TUHAN selain Engkau … saya janji nanti saya akan kirimi lagi Engkau surat cinta saya yang lain ya ALLAH, saya tahu bahwa Engkau tidak pernah lelah menanti cinta saya … menunggu surat cinta saya yang lain, I LOVE YOU wahai ALLAH

Ketahuilah wahai ALLAH bahwa surat cintaMu yang terlukis indah dalam kitab suciMu Al Quran selalu saya baca untuk melepas kerinduan yang membuncah didalam jiwa saya … saya sangat sangat merindukanMU

Selasa, 12 Oktober 2010

aku dihadapan Tuhanku...

HambaKu !

Aku lihat kau begitu resah

karna melalaikan suruhku

Aku juga lihat kau begitu bangga

dengan ibadahmu

itu bagus...bagus...bagus...

ciptaanKu !

Aku lihat kau sangat ketakutan

dengan lobang-lobang nerakaKu

Aku juga melihat air liurmu

disaat membayangkan taman-taman syurgaKu

itu juga bagus...bagus...bagus...

wahai cucu Adam !

Aku lihat kau selalu berusaha

untuk mendapatkan cintaKu

dan memang kau tidak akan bisa hidup

tanpa sentuhan kasih sayangKu

itu sangat bagus....bagus....bagus...

tapi lihatlah resahmu !

resahmu ternyata bohong

buktinya sampai detik ini

kau masih saja mengabaikan perintahKu

kau masih terus menerjang laranganKu

lihat banggamu !

banggamu ternyata pura-pura

banggamu ternyata keliru

sehingga kau merasa hebat

sehingga kau merasa cukup dengan ibadahmu

itu salah...salah...salah...

dimana rasa takutmu !

ternyata rasa takutmu dusta belaka

buktinya kau masih saja membiarkan

mata, telinga, tangan dan kakimu

dilumuri dosa dan meremehkan jilatan jahannamKu

Munajatku padaMU Ya ALLOH...

Tuhanku,
Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintai-Mu.
Kajian demi kajian tarbiyah kupelajari,
untai demi untai kata para ustadz kuresapi.
Tentang cinta para nabi, tentang kasih para sahabat,
tentang mahabbah orang shalih, tentang kerinduan para syuhada.
Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam,
kutumbuhkan dalam mimpi idealisme yang mengawang di awan.

Tapi Rabbi…
Berbilang hari demi hari dan kemudian tahun berlalu,
tapi aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untuk-Mu,
aku makin merasakan gelisahku membadai
dalam cita yang mengawang, sedang kakiku mengambang.
Hingga aku terhempas dalam jurang dan kegelapan.

Allahu Rahiim, Illahi Rabbii,
perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku.
Perkenankanlah aku mencintai-Mu, sebisaku.
Dengan segala kelemahanku.

Ilaahi,
Aku tak sanggup mencintai-Mu dengan kesabaran menanggung derita.
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al-Mustafa.
Karena itu ijinkan aku mencintai-Mu
melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu,
atas derita batin dan jasadku, atas sakit dan ketakutanku.

Rabbii,
Aku tak sanggup mencintai-Mu seperti Abu Bakar,
yang menyedekahkan seluruh hartanya
dan hanya meninggalkan Engkau dan Rasul-Mu
bagi diri dan keluarganya.
Atau layaknya Umar yang menyerahkan separo hartanya demi jihad.
Atau Ustman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan Dien-Mu.
Ijinkan aku mencintai-Mu,
melalui 100-500 perak yang terulur
pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan,
pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan
di pojok-pojok jembatan. Pada makanan-makanan
yang terkirim ke handai taulan.

Illahi,
Aku tak sanggup mencintai-Mu
dengan khusyuknya shalat salah seorang sahabat nabi-Mu,
hingga tiada terasa anak panah musuh terhujam di kakinya.
Karena itu Ya Allah,
perkenankanlah aku tertatih menggapai cinta-Mu,
dalam shalat yang coba kudirikan dengan terbata-bata,
meski ingatan kadang melayang
ke berbagai permasalahan dunia.

Rabbii,
aku tak dapat beribadah ala orang-orang shalih
atau bagai para hafidz dan hafidzah yang membaktikan
seluruh malamnya untuk bercinta dengan-Mu
dalam satu putaran malam.
Perkenankanlah aku mencintai-Mu,
melalui satu - dua rakaat sholat lailku,
atau sekedar sunnah nafilahku,
selembar dua lembar tilawah harianku.
Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa Rahiim,
aku tak sanggup mencintai-Mu semisal para syuhada,
yang menjual dirinya dalam jihad bagi-Mu.
Maka perkenankanlah aku mencintai-Mu
dengan mempersembahkan sedikit bakti
dan pengorbanan untuk dakwah-Mu,
dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim,
aku tak sanggup mencintai-Mu di atas segalanya,
ijinkan aku mencintai-Mu dengan mencintai keluargaku,
membawa mereka pada nikmatnya hidayah
dalam naungan Islam, manisnya iman dan ketabahan.
Dengan mencintai sahabat-sahabatku,
mengajak mereka untuk lebih mengenal-Mu,
dengan mencintai manusia dan alam semesta.

Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku, Yaa Allah.
Agar cinta itu mengalun dalam jiwa.
Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku.

Amin...

Senin, 04 Oktober 2010

perkembangan Madzhab Syafi'i di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia sejak abad ke I H, dengan damai. Daerah yang mula-mula dimasuki Islam adalah Lamno (kota pelabuhan di Aceh Barat), Fansur (Singkel), Pasai (Lhok Soumawe), Perlak, Perlaman, Jambi, Malaka dan Jepara (Jawa Tengah).

Yang mula-mula menganut Islam di Indonesia ialah orang-orang persia yang tinggal di pantai-pantai Persia, Perlak. Mereka tinggal disana adalah dengan tujuan untuk menyambut kawan-kawan mereka sebangsa yang datang berdagang melalui daerah itu menuju Tiongkok.

Sebagaimana tercatat dalam sejarah, bahwa jauh sebelum Nabi Muhammad Saw lahir (571 M) hubungan dagang antara Persia, India dengan Tiongkok sudah lama terjalin. Pedagang-pedagang Persia dan India banyak yang pergi berdagang ke Tiongkok lewat laut dengan route perjalanan Persia-Gujarat (pantai Idia sebelah barat)-Ceylon-Koromandel (pantai India sebelah timur), Malaka (semenanjung malaya)-Kamboa (Indocina)-Kanton (Tiongkok).

Pada tahun 17 H, kaum Muslimin dibawah pimpinan Khalifah ke II Umar bin Khattab menguasai Persia, sesudah mengadakan pertempuran di Qadisiyah dan Madain. Orang-orang persia sesudah itu berbondong-bondong masuk Islam. Hal ini berpengaruh pada orang-orang Persia yang tinggal di Persia dan Perlak, sehingga mereka segera menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi di negeri mereka dan berbondong-bondong pula masuk Islam. Penduduk asli Indonesia ketika itu pada umumnya menganut agama Hindu, Budha dan banyak pula yang tidak beragama.

Setelah Mu’awwiyah bin Abi Sufyan memegang tampuk pemerintahan Islam tahun 41 H, dipindahkannya Ibu kota dari Madinah ke Damaskus, Damaskus pada zaman itu sudah lama menjadi route perdagangan antara Tiongkok dan Erofah melalui darat. Damaskus menjadi tempat persinggahan kafilah-kafilah dagang yang datang dari Eropah menuju Tiongkok atau sebaliknya untuk istirahat dan melengkapi perbekalan.

Muawwiyah bin Abi Sufyan disamping menaruh perhatian kepada kegiatan perdagangan melalui laut antara Basyrah-Teluk Persia-Tiongkok pulang pergi, beliau juga mengirim muballigh-muballigh Islam keluar negeri termasuk juga ke Indonesia. Utusan yang dikirim Khalifah Mu’awwiyah bin Abi Sufyan itu bahkan ada yang sampai ke hulu sungai Jambi di Sumatera Tengah dan ke Jepara di Jawa Tengah.

Sesudah kerajaan Fatimiyah ditumbangkan oleh Sulthan Shalahuddin Al Ayubi di Mesir pada tahun 577 H, mulailah datang muballig-muballig Islam bermazhab Syafi’i ke Indonesia. Mereka diutus oleh kerajaan Ayyubiyah dan kemudian oleh kerajaan Mamalik.

Kerajaan Ayyubiyah berkuasa di Mesir selam,a 52 tahun, kemudian diganti oleh kerajaan Mamalik sampai akhir abad ke IX H (permulaan abad XIV M).

Kedua kerajaan ini adalah penganut faham Ahlussunnah wal Jamaah bermazhab Syafi’i yang sangat gigih. Muballigh-muballigh yang dikirim oleh kedua kerajaan ini bertebaran keseluruh pelosok dunia termasuk Indonesia. Diantara muballigh-muballigh Islam dari kerajaan Mamalik itu adalah Ismail Ash Shiddiq yang datang ke Pasai mengajarkan Islam mazhab Syafi’i. Dengan usaha beliau, ummat Islam Pasai kembali menganut mazhab Syafi’i. Raja-raja Pasai pun sejak saat itu menjadi penganut mazhab Syafi’i yang gigih.

Ismail Ash Shiddiq juga berhasil mengangkat merah Silu, orang asli Indonesia menjadi raja di Pasai (1225-1297 M) dengan gelar Al Malikush Shalih. Berkat pengaruh Sulthan Al Malikush Shalih ini raja-raja Islam di Malaka, Sumatera Timur, dan orang-orang Islam di Pulau jawa sekitar abad ke VII H. berbondong-bondong menganut mazhab Syafi’i.

Mulai tahun 1441 M sampai tahun 1476 M (820-855 H), di Malaka berkuasa Sultan Mansyur Syah I, penganut mazhab Syafi’i yang tangguh. Sultan ini mengutus muballigh-muballigh Islam yang bermazhab Syafi’i ke Minangkabau timur yang sudah lama ditinggalkan oleh orang-orang yang bermazhab Syi’ah sesudah di kalahkan oleh kerajaan Majapahit tahun 1399 M. Berkat pejuangan dari muballigh-muballigh itulah mazhab Syafi’i berkembang kembali di Minangkabau Timur.

Kemudian dari Miangkabau timur Mazhab Syafi’I berkembang ke Batak, muara sungai Asahan dan Simalungun, disiarkan oleh muballigh-muballigh Islam bermazhab Syafi’i bekembang kembali di Minangkabau timur. Mereka juga sampai ke Ujung Pandang dan Bugis, bahkan sampai ke pulau-pulau di Philipina.

Dalam abad ke XV M, atau abad ke IX H. Kesultanan Samudra Pasai di Aceh dan kesultanan Malaka di negeri Malaya sangat aktif mengembangkan Islam mazhab Syafi’i ke Pulau Jawa, yaitu Demak dan Cirebon.

Itulah sebabnya maka agama Islam bermazhab Syafi’i dianut oleh ummat Islam di Pulau Jawa.

Sebagaimana diuraikan di atas, di pulau Jawa islam juga masuk sejak dini (abad 1 H), tetapi gelombang perkembangan agama Islam besar-besaran di Pulau awa terjadi dalam abad ke XV M. (IX H). khususnya sesudah priode Wali Songo (Wali Sembilan).

Wali Songo adalah muballigh-muballigh Islam di tanah Jawa, semuanya menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah bermazhab Syafi’i.

Nama-nama mereka adalah :

1. Maulana Malik Ibrahim

2. Raden Rahmat (Sunan Ampel)

3. Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang)

4. Masih Ma’unat (Sunan Derajat)

5. Maulana ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri atau Raden Paku)

6. Sunan Kalijaga

7. Syaikh Ja’far Shadiq (Sunan Qudus)

8. Sunan Murio, dan

9. Fatahillah (Sunan Gunung Jati).

Kerajaan Islam Demak juga mengnut mazhab Syafi’i berkat Dakwah yang dilancarkan oleh Muballighin Islam bermazhab Syafi’i yang diutus oleh kerajaan pasai, sebagaimana sudah diuraikan di atas.

Demikian pula kesultanan Aceh di pasai (abad V-X H) dan di Aceh besar (abad X-XI) semua sultannya bermazhab Syafi’i dan berusaha pula mengembangkan mazhab Syafi’i di daerah kekuasaannya, bahkan sampai ke wilayah-wilayah lain di Nusantara ini.

Sekitar abad XVI dan abad XVII, tercatatlah dalam sejarah sseorang ulama’ besar mazhab Imam Syafi’i dari negeri Arab datang ke negeri Aceh, yaitu Syaikh Nuruddin Ar Raniri. Ulama’ ini sangat berpengaruh dan berwibawa baik dalam, kesultanan Aceh maupun di kalangan rakyat negeri itu. Beliau mengarang kitab Ash Shiratul Mustaqim kitab Bustanus Salathin. Kitab Ash Shiratal Mustaqim pada abad ke XVII, diberikan syarah oleh Syaikh Arsyad Al Banjari, mufti Syafi’i di Banjarmasin. Kitab Syafi’i ini tersebar luas di Indonesia dan di Semenanjung Malaya dari abad XVIII sampai abad XX ini.

Upaya Syaikh Nuruddin Ar Raniri dalam mengembangkan Islam mazhab Syafi’i dalam abad ke XVI dan XVII di Aceh medapat sambutan besar dikalangan ulama’-ulama’ Islam di seluruh Indonesia.

Adapula ulama’ Aceh yang masyhur ketika itu, yaitu Syaikh Abdur Ra’uf bin Ali Al Fansyuri, seorang ulama fiqih Syafi’I, yang mendapat kedudukan tinggi dan menjadi penasehat Sultan dalam hukum-hukum agama. Beliau pernah menerjemahkan tafsir Al-Qur’an Al Baidlowi ke dalam bahasa Melayu . Banyak thullab dan santri datang belajar kepada beliau, diatarnya :

1. Syaikh Arsyad Al Banjiri, yang kemudian menjadi mufti di Banjarmasin.

2. Syaikh Yusuf Tajul khalwati dari Makasar, yang kemudian menjadi mufti di Banten di bawah naungan Sultan Ageng Tirtayasa.
Berkat usaha dan perjuangan murid-murid Syaikh Ar Raniri dan Syaikh Abdur Ra’u Al Fansyuri dari Aceh ini bertambah tersiarlah agama Islam bermazhab Syafi’i ke seluruh penjuru tanah air pada abad XVII dan XVIII M.

Kitab-kitab karangan ulama’-ulama’ Syafi’iyah diajarkan di surau-surau dan langgar-langar sampai sekarang bukan saja di Indonesia tetapi juga di Malaysia dan Brunai Darussalam, seperti kitab Ash Shiratal Mustaqim karangan Syaikh Ar Raniri dan lain-lainnya.

Ditanah jawa, pahlawan nasional pangeran Dipenegoro, keturunan keraton yang berperang melawan Kolonial Belanda di sekitar Yogyakarta (1825-18930) adalah penganut faham Ahlusunnah wal Jamaah bermazhab Syafi’i. Keraton Yogyakarta, juga tidak mustahil, keseluruhannya menganut mazhab Syafi’i pula.

Di Sulawesi juga mazhab Syafi’i dianut oleh kaum muslimin. Yang membawa aaran mazhab ini kesana adalah mubaligh-muballigh Islam dari Minangkabau Timur. Salah seorang dari mereka yaitu Datuk Ri Bandang, telah berhasil meng Islamkan Raja Goa tanggal 22 Septmber 1605 M, dan diberi gelar Sulthan Alauddin Awwalul Islam. Wazirnya pun ikut memeluk Islam. Akhirnya seluruh rakyatnya memeluk agama Islam Ahlussunah wal Jama’ah yang bermazhab Syafi’i.

Kerajaan Goa kira-kira tahun 1606 M, berhasil menaklukkan Raja Bone, kemudian pada tahun 1616 sampai tahun 1626 M, menaklukkan Raja Bima, Sumbawa dan Nusa Tenggara dan Buton. Islam bermazhab Syafi’i masuk bersamaan dengan Islam ke Goa, Bone, Bima, Sumbawa, Lombok kemudian Buton.

Dari uraian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa Islam yang berkembang di Indonesia sampai sekarang ini adalah Islam Ahlussuna wal Jamaah yang bemazhab Syafi’i.

Itulah sebabnya Pengadilan Agma di Indonesia menetapkan hukum Islam berdasarkan mazhab Syafi’i. Di Indonesia sekarang ini banyak terdapat organisasi massa yang menganut, memperjuangkan dan menegakkan Islam Ahlusunah wal jama’ah yang bemazhab Syafi’i, seperti :

1. Nahdlatul Ulama’ (NU)

2. Nahdlatul Wathan (NW)

3. Al am’iyatul Washilah

4. Persatuan Tarbiyah Islamiyah.

Imam As Syafi'i

Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Sesungguhnya Allah telah mentakdirkan pada setiap seratus tahun ada seseorang yang akan mengajarkan Sunnah dan akan menyingkirkan para pendusta terhadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Kami berpendapat pada seratus tahun yang pertama Allah mentakdirkan Umar bin Abdul Aziz dan pada seratus tahun berikutnya Allah menakdirkan Imam Asy-Syafi`i”.

Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syaafi’ bin As-Saai’b bin ‘Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al- Muththalib bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pada Abdu Manaf, sedangkan Al-Muththalib adalah saudaranya Hasyim (bapaknya Abdul Muththalib).

TAHUN DAN TEMPAT KELAHIRAN

Beliau dilahirkan di desa Gaza, masuk kota ‘Asqolan pada tahun 150 H. Saat beliau dilahirkan ke dunia oleh ibunya yang tercinta, bapaknya tidak sempat membuainya, karena ajal Allah telah mendahuluinya dalam usia yang masih muda. Lalu setelah berumur dua tahun, paman dan ibunya membawa pindah ke kota kelahiran nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, Makkah Al Mukaramah.

PERTUMBUHANNYA

Beliau tumbuh dan berkembang di kota Makkah, di kota tersebut beliau ikut bergabung bersama teman-teman sebaya belajar memanah dengan tekun dan penuh semangat, sehingga kemampuannya mengungguli teman-teman lainnya. Beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam bidang ini, hingga sepuluh anak panah yang dilemparkan, sembilan di antaranya tepat mengenai sasaran dan hanya satu yang meleset.

Setelah itu beliau mempelajari tata bahasa arab dan sya’ir sampai beliau memiliki kemampuan yang sangat menakjubkan dan menjadi orang yang terdepan dalam cabang ilmu tersebut. Kemudian tumbuhlah di dalam hatinya rasa cinta terhadap ilmu agama, maka beliaupun mempelajari dan menekuni serta mendalami ilmu yang agung tersebut, sehingga beliau menjadi pemimpin dan Imam atas orang-orang

KECERDASANNYA

Kecerdasan adalah anugerah dan karunia Allah yang diberikan kepada hambanya sebagai nikmat yang sangat besar. Di antara hal-hal yang menunjukkan kecerdasannya:

1. Kemampuannya menghafal Al-Qur’an di luar kepala pada usianya yang masih belia, tujuh tahun.

2. Cepatnya menghafal kitab Hadits Al Muwathta’ karya Imam Darul Hijrah, Imam Malik bin Anas pada usia sepuluh tahun.

3. Rekomendasi para ulama sezamannya atas kecerdasannya, hingga ada yang mengatakan bahwa ia belum pernah melihat manusia yang lebih cerdas dari Imam Asy-Syafi`i.

4. Beliau diberi wewenang berfatawa pada umur 15 tahun.

Muslim bin Khalid Az-Zanji berkata kepada Imam Asy-Syafi`i: “Berfatwalah wahai Abu Abdillah, sungguh demi Allah sekarang engkau telah berhak untuk berfatwa.”

MENUTUT ILMU

Beliau mengatakan tentang menuntut ilmu, “Menuntut ilmu lebih afdhal dari shalat sunnah.” Dan yang beliau dahulukan dalam belajar setelah hafal Al-Qur’an adalah membaca hadits. Beliau mengatakan, “Membaca hadits lebih baik dari pada shalat sunnah.” Karena itu, setelah hafal Al-Qur’an beliau belajar kitab hadits karya Imam Malik bin Anas kepada pengarangnya langsung pada usia yang masih belia.

GURU-GURU BELIAU

Beliau mengawali mengambil ilmu dari ulama-ulama yang berada di negerinya, di antara mereka adalah:

1. Muslim bin Khalid Az-Zanji mufti Makkah

2. Muhammad bin Syafi’ paman beliau sendiri

3. Abbas kakeknya Imam Asy-Syafi`i

4. Sufyan bin Uyainah

5. Fudhail bin Iyadl, serta beberapa ulama yang lain.

Demikian juga beliau mengambil ilmu dari ulama-ulama Madinah di antara mereka adalah:

1. Malik bin Anas

2. Ibrahim bin Abu Yahya Al Aslamy Al Madany

3.Abdul Aziz Ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Ismail bin Ja’far dan Ibrahim bin Sa’ad serta para ulama yang berada pada tingkatannya

Beliau juga mengambil ilmu dari ulama-ulama negeri Yaman di antaranya;

1.Mutharrif bin Mazin

2.Hisyam bin Yusuf Al Qadhi, dan sejumlah ulama lainnya.

Dan di Baghdad beliau mengambil ilmu dari:

1.Muhammad bin Al Hasan, ulamanya bangsa Irak, beliau bermulazamah bersama ulama tersebut, dan mengambil darinya ilmu yang banyak.

2.Ismail bin Ulayah.

3.Abdulwahab Ats-Tsaqafy, serta yang lainnya.

MURID-MURID BELIAU

Beliau mempunyai banyak murid, yang umumnya menjadi tokoh dan pembesar ulama dan Imam umat islam, yang paling menonjol adalah:

1. Ahmad bin Hanbal, Ahli Hadits dan sekaligus juga Ahli Fiqih dan Imam Ahlus Sunnah dengan kesepakatan kaum muslimin.

2. Al-Hasan bin Muhammad Az-Za’farani

3. Ishaq bin Rahawaih,

4. Harmalah bin Yahya

5. Sulaiman bin Dawud Al Hasyimi

6. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al Kalbi dan lain-lainnya banyak sekali.

KARYA BELIAU

Beliau mewariskan kepada generasi berikutnya sebagaimana yang diwariskan oleh para nabi, yakni ilmu yang bermanfaat. Ilmu beliau banyak diriwayatkan oleh para murid- muridnya dan tersimpan rapi dalam berbagai disiplin ilmu. Bahkan beliau pelopor dalam menulis di bidang ilmu Ushul Fiqih, dengan karyanya yang monumental Risalah. Dan dalam bidang fiqih, beliau menulis kitab Al-Umm yang dikenal oleh semua orang, awamnya dan alimnya. Juga beliau menulis kitab Jima’ul Ilmi.

PUJIAN ULAMA PARA ULAMA KEPADA BELIAU

Benarlah sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam,

“Barangsiapa yang mencari ridha Allah meski dengan dibenci manusia, maka Allah akan ridha dan akhirnya manusia juga akan ridha kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi 2419 dan dishashihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ 6097).

Begitulah keadaan para Imam Ahlus Sunnah, mereka menapaki kehidupan ini dengan menempatkan ridha Allah di hadapan mata mereka, meski harus dibenci oleh manusia. Namun keridhaan Allah akan mendatangkan berkah dan manfaat yang banyak. Imam Asy-Syafi`i yang berjalan dengan lurus di jalan-Nya, menuai pujian dan sanjungan dari orang-orang yang utama. Karena keutamaan hanyalah diketahui oleh orang-orang yang punya keutamaan pula.

Qutaibah bin Sa`id berkata: “Asy-Syafi`i adalah seorang Imam.” Beliau juga berkata, “Imam Ats-Tsauri wafat maka hilanglah wara’, Imam Asy-Syafi`i wafat maka matilah Sunnah dan apa bila Imam Ahmad bin Hambal wafat maka nampaklah kebid`ahan.”

Imam Asy-Syafi`i berkata, “Aku di Baghdad dijuluki sebagai Nashirus Sunnah (pembela Sunnah Rasulullah).”

Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Asy-Syafi`i adalah manusia yang paling fasih di zamannya.”

Ishaq bin Rahawaih berkata, “Tidak ada seorangpun yang berbicara dengan pendapatnya -kemudian beliau menyebutkan Ats-Tsauri, Al-Auzai, Malik, dan Abu Hanifah,- melainkan Imam Asy-Syafi`i adalah yang paling besar ittiba`nya kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam, dan paling sedikit kesalahannya.”

Abu Daud As-Sijistani berkata, “Aku tidak mengetahui pada Asy-Syafi`i satu ucapanpun yang salah.”

Ibrahim bin Abdul Thalib Al-Hafidz berkata, “Aku bertanya kepada Abu Qudamah As-Sarkhasi tentang Asy-Syafi`i, Ahmad, Abu Ubaid, dan Ibnu Ruhawaih. Maka ia berkata, “Asy-Syafi`i adalah yang paling faqih di antara mereka.”

PRINSIP AQIDAH BELIAU

Imam Asy-Syafi`i termasuk Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, beliau jauh dari pemahaman Asy’ariyyah dan Maturidiyyah yang menyimpang dalam aqidah, khususnya dalam masalah aqidah yang berkaitan dengan Asma dan Shifat Allah subahanahu wa Ta’ala.

Beliau tidak meyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama dan sifat makhluk, juga tidak menyepadankan, tidak menghilangkannya dan juga tidak mentakwilnya. Tapi beliau mengatakan dalam masalah ini, bahwa Allah memiliki nama dan sifat sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an dan sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam kepada umatnya. Tidak boleh bagi seorang pun untuk menolaknya, karena Al-Qur’an telah turun dengannya (nama dan sifat Allah) dan juga telah ada riwayat yang shahih tentang hal itu. Jika ada yang menyelisihi demikian setelah tegaknya hujjah padanya maka dia kafir. Adapun jika belum tegak hujjah, maka dia dimaafkan dengan bodohnya. Karena ilmu tentang Asma dan Sifat Allah tidak dapat digapai dengan akal, teori dan pikiran. “Kami menetapkan sifat-sifat Allah dan kami meniadakan penyerupaan darinya sebagaimana Allah meniadakan dari diri-Nya. Allah berfirman,

“Tidak ada yang menyerupaiNya sesuatu pun, dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Dalam masalah Al-Qur’an, beliau Imam Asy-Syafi`i mengatakan, “Al-Qur’an adalah kalamulah, barangsiapa mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk maka dia telah kafir.”

PRINSIP DALAM FIQIH

Beliau berkata, “Semua perkataanku yang menyelisihi hadits yang shahih maka ambillah hadits yang shahih dan janganlah taqlid kepadaku.”

Beliau berkata, “Semua hadits yang shahih dari Nabi shalallahu a’laihi wassalam maka itu adalah pendapatku meski kalian tidak mendengarnya dariku.”

Beliau mengatakan, “Jika kalian dapati dalam kitabku sesuatu yang menyelisihi Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam maka ucapkanlah sunnah Rasulullah dan tinggalkan ucapanku.”

SIKAP IMAM ASY-SYAFI`I TERHADAP AHLUL BID’AH

Muhammad bin Daud berkata, “Pada masa Imam Asy-Syafi`i, tidak pernah terdengar sedikitpun beliau bicara tentang hawa, tidak juga dinisbatkan kepadanya dan tidakdikenal darinya, bahkan beliau benci kepada Ahlil Kalam dan Ahlil Bid’ah.”

Beliau bicara tentang Ahlil Bid’ah, seorang tokoh Jahmiyah, Ibrahim bin ‘Ulayyah, “Sesungguhnya Ibrahim bin ‘Ulayyah sesat.”

Imam Asy-Syafi`i juga mengatakan, “Menurutku, hukuman ahlil kalam dipukul dengan pelepah pohon kurma dan ditarik dengan unta lalu diarak keliling kampung seraya diteriaki, “Ini balasan orang yang meninggalkan kitab dan sunnah, dan beralih kepada ilmu kalam.”

PESAN IMAM ASY-SYAFI`I

“Ikutilah Ahli Hadits oleh kalian, karena mereka orang yang paling banyak benarnya.”

WAFAT BELIAU

Beliau wafat pada hari Kamis di awal bulan Sya’ban tahun 204 H dan umur beliau sekita 54 tahun (Siyar 10/76). Meski Allah memberi masa hidup beliau di dunia 54 tahun, menurut anggapan manusia, umur yang demikian termasuk masih muda. Walau demikian, keberkahan dan manfaatnya dirasakan kaum muslimin di seantero belahan dunia, hingga para ulama mengatakan, “Imam Asy-Syafi`i diberi umur pendek, namun Allah menggabungkan kecerdasannya dengan umurnya yang pendek.”

KATA-KATA HIKMAH IMAM ASY-SYAFI`I

“Kebaikan ada pada lima hal: kekayaan jiwa, menahan dari menyakiti orang lain, mencari rizki halal, taqwa dan tsiqqah kepada Allah. Ridha manusia adalah tujuan yang tidak mungkin dicapai, tidak ada jalan untuk selamat dari (omongan) manusia, wajib bagimu untuk konsisten dengan hal-hal yang bermanfaat bagimu.

Hubungan Tasawuf dengan Syari'at,Tareqat,Hakikat dan Ma'rifat...

Bismillahirrahmanirrahim

Hubungan Tasawuf dengan Syariat, Tarekat, Hakikat dan Ma’rifat

Sebelum kita melangkah lebih jauh mengenai tasawuf perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa hubungan tasawuf dalam dunia islam tidak bisa terlebas dari keempat ajaran dan amalan dalam Islam yang merupakan satu keseluruhan yang integral bagi setiap mukmin yang mendalaminya. Karena Islam itu adalah syariat, tarekat, hakikat dan ma’rifat yang memiliki hubungan satu sama lainnya.

Hubungan Tasawuf dan Syariat.

Menurut etimologi , syariat adalah tempat yang didatangi atau yang dituju oleh manusia menuju sumber air atau jalan ke arah sumber pokok kehidupan. Istilah Syara’ , syariat merupakan nash-nash suci yang dikandung di dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Dengan kata lain syariat adalah hukum atau aturan yang terkandung di dalam Al Quran sebagaimana yang di firmankan oleh Allah swt.

Firman Allah swt :

“ Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang (QS. Al Maidah 5:48)

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikut hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (QS. Al Jatsiah 45:18)

Imam Syafi’i mendefinisikan fiqih adalah suatu ilmu tentang hukum-hukum syariat yang bersifat amaliah yang diperoleh dari suatu persatu dalilnya. Dengan demikian, fiqih adalah apa yang dapat dipahami manusia dari teks-teks suci Al Quran dan Sunnah dengan melakukan ijtihad untuk menangkap makna-makna, ‘illat-‘ilat (sebab-sebab) serta tujuan yang hendak dicapai oleh teks suci tersebut. (Ensiklopedia Islam 4,1994:345-346)

Syekh Amin Al Kurdi memberikan batasan syariat :

Syariat adalah hukum-hukum yang diturunkan kepada Rasulullah saw yang dipahami (dan diijtihadkan) oleh para ulama dari Al Kitab, Sunnah, baik berbentuk nash atau istimbath. Hukum-hukum itu meliputi Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih dan Ilmu Tasawuf (Syekh Amin Al Kurdi 1994: 364)

Sunnatullah berarti ketentuan atau tata hukum Allah dalam mengatur alam semesta ini. Padanya ada hubungan sebab akibat, dan amal ada hasil dan seterusnya. Bagaimana mengatur manusia sebagai makhluk sosial, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam.

Untuk mencapai tujuan hukum itu sendiri diperlukan adanya suatu jalan atau cara atau metode supaya kita tidak menyimpang dari tujuannya. Jalan atau metode tersebut dinamakan tarekat. Tasawuf adalah sikap hati rohani yang takwa yang selalu ingin dekat kepada Allah swt, dihubungkan dengan arti syariat dalam artian luas meliputi seluruh aspek kehidupan manusia baik hablum minallah, hablum minannas dan hablum minal ‘alam. Untuk mencapai tujuan tasawuf dalam artian ini, tidak mungkin hanya dengan melaksanakan zikir atau zikrullah dalam artian khusus saja, tetapi harus dengan melaksanakan syariat yang meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Seluruh aktifitas syariat harus digerakkan, didasarkan, dimotivasikan dan dijiwai oleh hati nurani yang ikhlas lillahi ta’ala yang bermuara mendapatkan ridha Allah dan berdampak memperoleh mashlahah umat yang menjadi tujuan syariat. Atau yang penulis sebutkan dengan mentahqikkan tauhid makrifatullah yang merupakan satu-satunya tujuan Allah menjadikan manusia.

Firman Allah swt. :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS.Adz Dzariyat 51-56)

Ibnu Abbas menafsirkan illaa liya’buduuni dengan illaa liya’ rifuuni dengan artinya : “Kecuali supaya mereka mengenal atau ma’rifah kepada-Ku”

Sabda Rasulullah saw dalam Hadist Qudsi :

“Adalah Aku satu perbendaharaan yang tersembunyi, maka inginlah Aku supaya diketahui siapa Aku, maka Aku jadikanlah makhluk-Ku, maka dengan Allah mereka mengenal Aku”.

Imam Malik mengatakan :

“Barangsiapa berfiqih/bersyariat saja tanpa bertasawuf niscaya dia berkelakuan fasik (tidak bermoral) dan barangsiapa yang bertasawuf tanpa berfiqih/bersyariat, niscaya dia berkelakuan zindiq (menyelewengkan agama) dan barangsiapa yang melakukan kedua-duanya, maka sesungguhnya dia adalah golongan Islam yang hakiki”

Imam Al Ghazali mengatakan :

“Ketahuilah bahwa banyak orang yang mengaku dia adalah menempuh jalan (tareqat) kepada Allah, tetapi sesungguhnya, yang bersungguh-sungguh menempuh jalan itu adalah sedikit. Adapun tanda orang yang menempuh jalan sungguh-sungguh dan benar, diukur dari kesungguhannya melaksanakan syariat. Kalaupun ada orang yang mengaku bertasawuf dan bertareqat dan telah menampakkan semacam kekeramatan, melalaikan atau tidak mengamalkan syariat, ketahuilah bahwa itu adalah tipu muslihat. Sebab orang yang bijaksana (tasawuf) mengatakan, jikalau kamu melihat seseorang mampu terbang di angkasa dan mampu berjalan di atas air, tetapi ia melakuka sesuatu yang bertentangan dengan syariat, maka ketahuilah bahwa sebenarnya ia itu adalah syaitan”






Tasawuf dan Tareqat

Secara etimologi tarekat adalah jalan (Al Kaifiyah) atau metode,sistem (Al Uslub), aliran (mazhab). Menurut istilah berarti perjalanan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara mensucikan diri atau seseorang yang ingin mendekatkan diri kepada Alla swt.

Syekh Amin Al Kurdi memberikan batasan mengenai tarekat;

“Tarekat adalah cara mengamalkan syariat dan menghayati inti syariat itu
dan menjauhkan diri dari hal-hal yang bisa melalaikan pelaksanaan dan inti serta tujuan syariat”

Dalam melaksanaan tareqat seorang murid haruslah didampingi oleh seorang
Guru (mursyid) yang mengajarkan ilmu tareqat dengan benar. Dalam mempelajari ilmu tareqat ini seorang murid haruslah mengikuti syariat dengan benar dan tidak boleh meninggalkan syariat, bahkan tareqat itu sendiri merupakan pelaksanaan menjalankan syariat. Syekh Mursyid inilah yang akan membimbing dan bertanggung jawab terhadap muridnya dalam melakukan tareqat. Seseorang yang masuk tareqat diwajibkan sunat mandi taubat (taubatan nashuha) terlebih dahulu kemudian ditalqinkan oleh syekh mursyidnya sehingga terjalin ikatan batin antara Syekh Mursyid dan muridnya itu. Talqin yang dimaksud ini adalah mentawajuhkan zikrullah ke dalam hati sanubari murid. Kemudian seorang murid akan di bai’at yakni berjanji /bersumpah di hadapan Allah mematuhi syariat (amar ma’ruf nahi munkar) dan hakikat agama islam dan patuh sebagai pengamalan tareqat dibawah bimbingan Syekh Mursyid. Seorang murid tidak boleh mencari-cari keringanan dalam melaksanakan amaliah yang sudah ditetapkan oleh Syekh Mursyidd. Dan setelah melakukan ritual tawajuh seorang murid akan diberikan ijazah sebagaimana tersebut dalam silsilah guru-gurunya.

Selanjutnya seorang mursyid akan menjelaskan tareqat itu berarti menjauhkan diri dari segala yang dilarang syara’, zahir maupun batin dan mengikuti segala perintah dari Allah yang diusahakan dengan sepenuh hati. Melaksanakan segala kewajiban fardhu dan ibadah sunat-sunat sesuai dengan petunjuk dan perintah serta pengawasan dari seorang ‘arif (Syekh Mursyid) yang telah mencapai tingkat tertinggi (Al ‘arif billah).

Contoh tareqat dalam pelaksanaan tasawuf, sabda Rasulullah saw yang artinya : “Tidak sesuatu pun yang dicurahkan Allah ke dalam dadaku, melainkan aku telah mencurahkannya kembali ke dalam dada Abu Bakar Siddiq ra”. Hadist ini menunjukkan pengertian mencurahkan itu adalah mencurahkan talqin zikir oleh Rasulullah kepada Saidina Abu Bakar.

Sabda Rasulullah saw yang maksudnya : “Dari Ali Karamallahu Wajhah manakah jalan/tareqat/cara yang paling mudah untuk bertaqarrub kepada Allah dan nilainya adalah yang paling afdhal. Jawab Rasulullah : “Hendaklah kamu berkekalan dalam keadaan berzikrullah. Jawab Ali : “Semua manusia berzikir kepada Alah. Sabda Rasulullah : “Wahai Ali, kiamat itu tidak akan terjadi selama masih ada di permukaan bumi ini orang yang berzikir, Allah, Allah, Allah...”. Kata Ali : “Bagaimana caranya wahai Rasulullah?” Sabda Rasulullah, “Pejamkan kedua matamu, tutup mulutmu dan tongkatkan lidahmu ke langit-langit dan dengarkanlah”, Kemudian Rasulullah berzikir La ilaha illallah tiga kali dalam keadaan matanya terpejam, kemudian Alipun mengikutinya dengan cara demikian.

Dengan keterangan hadist di atas maka jelaslah bahwa dalam kita mengamalkan tareqat tasawuf haruslah mengikuti aturan-aturan dan adab kita dalam bertawajuh yang telah diatur sedemikan rupa oleh para guru mursyid. Ritual tawajuh/sulok (penyerahan diri kepada Allah) memang tidak pernah dilakukan di masa nabi tapi ada, sebagaimana yang telah disebutkan pada hadist di atas. Ulamalah yang mengajarkan kita bagaimana mengamalkan zikir-zikir dan doa-doa munajat serta shalawat-shalawat yang telah disusun sedemikian rupa dan dibaca pada waktu-waktu tertentu dilengkapi dengan shalat-shalat sunnah, seperti shalat sunnah taubat, sunnah selamat iman, sunnah tahajjud, sunnah dhuha, sunnah tashbih dsb.

Sebagai contoh yang penulis alami bersama Syekh Mursyid Abuya Tgk.H.Djamaluddin Waly Al Khalidy di bulan puasa dalam menjalankan ritual tawajuh yang di pimpin langsung oleh Abuya sendiri. Dimana setelah berbuka puasa kami shalat maghrib berjama’ah dilanjutkan dengan qadha sembahyang (shalat maghrib 2 kali) begitu juga dengan shalat fardhu lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan shalat sunnah ba’diah disambung dengan shalat sunnah selamat iman juga berjamaah. Kemudian kami baca wirid doa dan shalawat. Selepas itu kami shalat Isya dan dilanjutkan dengan shalat taraweh 20 raka’at (mutafaq ‘alaih) sepakat empat mazhab dalam hal ini hingga selesai, tanpa di tutup dengan witir. Kemudian kami istirahat kemudian kami bangun jam 3 pagi shalat sunnah tahajud 8 raka’at ditutup dengan shalat sunnah witir. Kemudian kami sahur bersama (hanya nasi dan sayur2an tidak boleh makanan yang mengandung darah sepeti ikan dan daging). Dilanjutkan dengan shalat subuh berjama’ah (juga qadha subuh) dilanjutkan dengan membaca zikir-zikir asmaul husna, doa-doa munajat dan shalawat. Semua di niatkan dihadiahkan pahalanya kepada baginda Rasulullah saw, guru-guru (ulama), orang tua kita dan seluruh kaum muslimin. Ini hanya sebagian kecil catatan penulis mengenai ritual tawajuh yang dilakukan di pesantren kami di ikuti oleh ratusan orang hingga berakhirnya bulan Ramadhan.

Tasawuf dan Hakikat

Hakikat menurut bahasa artinya kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya identik dengan aspek kerohaniaan. Lebih jauh bila kata hakikat dipergunakan untuk Tuhan, maka artinya menurut kajian tasawuf ialah sifat-sifat Allah swt. Adapun zat Allah itu sendiri disebut dengan Al-Haqq.

Menurut Ibnu Arabi,

“Segala sesuatu yang ada berasal dari Tuhan. Jika wujud Tuhan tidak ada, maka segala yang ada (mawjud) ini tidak pula akan ada. Wujud Tuhan inilah wujud yang hakiki atau hakikat dari segala-galanya, yang disebut dengan Al Haqq atau Haqqul-Haqa’iq. Adapun wujud-wujud yang lain hanya berupa pengejawantahan (tajali) dari wujud Al Haqq tersebut. Wujud Al Haqq tersebut tidak dapat menampakkan diri-Nya pada alam empiris yang serba terbatas ini, kecuali melalui penampakan sifat-sifat-Nya”
Wadah tajali Tuhan yang paling sempurna telah Allah perlihatkan pada diri Nabi Muhammad saw, karena beliau Al Haqiqah Al Muhammadiyah (Hakikat/Nur Muhammad). Yang penulis maksudkan disini bukanlah diri Nabi Muhammad saw yang lahir, tetapi al haqiqah al muhammadiyah itu adalah asal dari segala yang ada, yang bersifat kadim dan azali. Sebagaimana firman Allah yang mengatakan wama arsalnaka illa rahmatan lil’alamin (tidak Aku ciptakan kamu (wahai Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam). Makna dari ayat ini jelas bahwa tidaklah Allah jadikan alam beserta isinya kalau bukan karena adanya Nabi Muhammad. Artinya Nur Muhammad telah ada sebelum segala sesuatu diciptakan-Nya. Maka wajarlah bila ulama –ulama melahirkan ijtihad berdasarkan ayat diatas sunnah hukumnya kita merayakan Maulid Nabi pada bulan-bulan maulid. Siapa yang menentang pendapat ini berarti menentang (melecehkan) ijma’ ulama dan Rasulullah saw. Kalau Allah saja memuliakan Nabi sebegitu mulianya lalu kenapa kita tidak. Ini pendapat yang keliru tentunya.

Ada 3 tingkatan Hakikat menurut Syekh Amin Al Kurdi :

Terbukanya Hijab bagi hamba yang salik dengan apa yang dia imani tentang zat Allah, sifat-Nya, keagungan-Nya dan kesempurnaan-Nya.
Bersih dan Kosongnya Nafsu (hawa nafsu) hamba yang salik dari semua akhlak yang tercela dan dihiasi nafsu dengan segala sifat yang di ridhai Allah dan berakhlak dengan akhlak sunnah Rasul.
Mudah dan gampang melaksanakan amal-amal saleh dan amal kebaikan sehingga ia tidak mersakan padanya kesulitan dan keberatan, bahkan dirasakan sulit dan berat kalau dia meningalkannya.

Tasawuf dan Ma’rifat

Ma’rifat dalam bahasa artinya kenal atau tahu. Dalam tasawuf, ma’rifat berarti mengetahui Allah swt dari dekat, yaitu pengetahuan dengan hati sanubari. Seorang sufi ketika ia bercermin maka yang dilihatnya hanya Allah swt. Abu Bakar Al Kalabazi seorang sufi, bahwa Allah SWT lah yang membuat manusia mengenal diri-Nya.

Sabda Rasulullah saw :

“Siapa yang mengenal dirinya, sesungguhnya dia mengenal Tuhannya”

Dalam Hadist Qudsi :

“Aku sesuai dengan dugaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku bersama dengannya ketika ia ingat kepada-Ku. Maka ketika dia ingat kepada-Ku di dalam hatinya, Aku pun ingat pula kepadanya di dalam hati-Ku dan jika dia ingat kepada-Ku dalam lingkungan khalayak ramai, Aku pun ingat kepadanya pada khalayak ramai yang lebih baik. Dan jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku pun mendekat pula kepadanya sehasta, dan jika dia mendekat kepada-Ku sehasta niscaya Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika dia datang kepada-Ku berjalan maka Aku mendatanginya sambil berlari”. (H.R.Bukhari Muslim)
Zunnun Al Mishry berkata :

“Aku kenal Tuhanku dengan Tuhanku juga, kalau tidak dengan Tuhanku aku tidak mengenal Tuhanku (Al Qusyairi : 315)

Paham ma’rifat Zunnun itu diterima oleh Imam Al Ghazali sehingga mendapat pengakuan di kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah karena Imam Al Ghazali seorang figur yang sangat berpengaruh di kalangan mereka. Sehingga pola fikir tasawuf dapat diterima oleh kaum syariat.

Imam Al Ghazali mengatakan, “Ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia Allah SWT dan mengetahui peraturan-peraturan-Nya tentang segala yang ada. Alat seorang sufi mendapatkan ma’rifat adalah kalbu, bukan panca indra atau akal. Pengetahuan yang diperoleh kalbu lebih benar daripada pengetahuan yang diperoleh melalui akal. Jalan untuk memperoleh kebenaran adalah tasawuf (ma’rifat dan bukan falsafah). Yang akhirnya bertujuan meningkatkan akhlak terpuji melalui latihan jiwa yang mengandung kebahagiaan, moral, cinta pada Allah SWT dan fana di dalamnya, yakni mengacu pada moral ilahiyah”.


Demikianlah catatan kecil dari hamba yang fakir dan dhaif ini. Semoga secuil catatan kecil ini bisa menjadi hikmah bagi rekan-rekan semua. Sekali lagi mohon maaf bila ada kekurangan, karena sesungguhnya kebenaran dan kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Tidak lupa shalawat dan salam bagi baginda Rasulullah beserta keluarga dan sahabat.

Allahummashalli ‘ala sayyidina muhammad wa ‘ala alihi washahbihi wasallam

Sabtu, 02 Oktober 2010

saat manusia harus berdiri

Salah Satu Keutamaan yang didapatkan oleh pelaku Shalat Malam adalah Allah akan memberikan keringanan padanya atas lama berdirinya di Padang Mahsyar pada hari Kiamat. Pada hari itu mata manusia tampak sendu, kepala mereka tertunduk, dan kaki-kaki manusia tidak ada yang beralas kaki. Panas matahari benar-benar menyengat mereka, sedangkan air keringat menenggelamkan mereka sesuai dengan tingkat amal yang mereka lakukan. Ini sebagai balasan dan pembuktian janji Allah , sedangkan Allah tidak akan menzalimi hamba-hambaNya.

Ibn Abbas berkata : "Barang siapa ingin diringankan Allah lama berdirinya di hari kiamat, maka hendaklah Allah melihat kepadanya bersujud dan berdiri pada waktu malam (mendirikan Shalat Tahajjuud) karena mengharapkan negeri akhirat."
Abu 'Amr Al Auza'i berkata : "Barangsiapa memperlama berdirinya pada shalat Malam, maka Allah akan memudahkan nya berdiri pada hari kiamat".

Diriwayatkan bahwa istri Abu 'Imran Al Juni senantiasa melakukan shalat malam, sehingga kedua tumit kakinya terlihat bengkak dan pecah kulitnya karena terlalu lama berdiri. Lalu Abu 'Imran menegur, " Mengapa hal ini terjadi? Sayangi dirimu sendiri, istriku..."
Maka sang istri menjawab : " Dibandingkan dengan berdiri pada hari kiamat nanti , apa yang kulakukan masih biasa...,"
Mendengar jawaban istrinya , Abu Imran langsung terdiam.

Ini karena ada Firman Allah yang sangat dahsyat yang harus kita taddaburi :


Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)
(Quran Surat 39 : 68)

Ibnu Al-Qayyim berkata : "Manusia di hadapan Allah memiliki 2 momen berdiri yakni :

(1) Berdiri di dalam shalat
(2) Berdiri pada hari bertemu dengan Nya.

Barangsiapa benar-benar berdiri pada momen berdiri pertama, niscaya dia akan dimudahkan pada momen berdiri yang lain.
Dan barangsiapa benar-benar menyia-nyiakan momen berdiri yang pertama, niscaya dia akan dipersulit pada momen berdiri yang lain"
dosa-dosa sudah menggunung
aib-aib sudah banyak
sehingga bumi penuh sesak karenanya

Kematian terus mendekati
Sedang di dunia kita terus sibuk
dan tidur lelap di malam hari

Lalu bekal apa yang hendak kubawa
Saat harus berdiri
dan berjumpa dengan Nya nanti ?

Wanita itu istimewa,tapi kenapa banyak yang masuk neraka....?????

Kadang saya HERAN,,,,,,,,,, menurut Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam kebanyakan penduduk neraka adalah wanita.

“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknyaadalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)

Padahal pintu-pintu kebaikan dan pintu-pintu surga terbuka buat wanita, dan Allah telah memudahkan wanita untuk masuk ke dalam surga, dan wanita telah mendapatkan KELEBIHAN dan KEISTIMEWAAN:

1. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang pria yang sholeh.

2. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama Rasulullah S.A.W. di dalam syurga.

3. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.

4. Dari Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka."

5. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.

6. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.

7. Wanita yang taat kepada suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).

8. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana sahaja yang dia kehendaki.

9. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T. memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (dengan jarak 10,000 tahun perjalanan).

10. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T. menatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.

11. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T. mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T.

12. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.

13. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.

14.Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan        70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.

15. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.

16. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1,000 pria yang jahat.

17. Rakaat solat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat solat wanita yang tidak hamil.

18. Wanita yang memberi minum air susu ibu (asi) kepada anaknya daripada badannya (susu badannya sendiri) akan dapat satu pahala             dari pada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.

19. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad.

20. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah                dengan penuh rahmat.

21. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakult.

22. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.

23. Wanita yang memerah susu binatang dengan “bismillah” akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.

24. Wanita yang menguli tepung gandum dengan “bismillah”, Allah akan berkatkan rezekinya.

25. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di baitullah.

26. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.

27. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.

28. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.

29. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.

30. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun sholat.

31. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo(2½ thn),maka malaikat-malaikat dilangit akan khabarkan berita bahwa syurga wajib baginya. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.

32. Jika wanita memijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita memijat suami bila disuruh akan mendapat pahala 7 tola perak.

33. Wanita yang meninggal dunia dengan keredhaan suaminya akan memasuki syurga.

34. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.

35. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.

Wallahu a’lam bishowab
Semoga dapat mengambil hikmahnya dan mengamalkannya.
Insyaallah bermanfat...

10 tanda hati mati...

1. Kita mengaku kenal dan cinta Allah, tapi tidak menunaikan hak Nya

2. Kita mengaku cinta Rasulullah tapi mengabaikan sunnah nya

3. Kita membaca Al Qur'an tapi tidak beramal dengan hukum-hukum di dalamnya

4. Kita memakan nikmat Allah, tapi tidak mensyukuri pemberianNya

5. Kita mengaku musuh syaithan, tapi mengikutinya

6. Kita mengaku nikmat surga tapi tidak beramal untuk mendapatkannya

7. Kita mengaku adanya siksa neraka, tapi tidak berusaha menjauhinya

8. Kita mengakui bahwa kematian akan datang pada setiap jiwa, tapi tidak berusaha mempersiapkan bekalnya


9. Kita sibuk membuka aib orang lain, tapi tidak pernah ingat akan aib diri

10. Kita menghantar dan mengubur jenasah tapi tidak mengambil hikmah darinya.

Refleksi Seorang Pejuang dakwah

Kuatkan kami ya Allah. dalam menunaikan pekerjaan besar ini, dalam melaksanakan tugas-tugas nubuwah ini: melakukan tarbiyah, membentuk kepribadian manusiA, Mutarabbi kami, agar sesuai dengan kehendakMu. engkaulah yang membuka hati kami dan hati mereka. Engkaulah yang menerangi jiwa kami dan jiwa mereka. Engkaulah yang melapangkan hati kami dan hati mereka.

Engkau ya Allah, yang mampu meneguhkan hati kami dan hati mereka, sebagaimana Engkau pula yang telah meneguhkan dan mengokohkan hati RAsulMu sehingga tidak cenderung kepada provokasi orang-orang dzalim.

"...dan kalau kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka" (Al ISra': 74)

Kami hanya hambaMu, pesuruh,Mu, pelaksanaMu. Di tanganMu, kaugenggam keberhasilan kerja kami mentarbiyah!

Berapa pun banyak teori kami kuasai, semata-mata hanyalah saran mendekatkan diri kami dan mutarabbi kami kepadaMu. Berapapun usaha telah kami lakukan, tetaplah bukan di tangan kami kunci terbukanya hati mereka, mutarabbi kami. Apapun variasi, metode, dan materi kami, dari sisiMulah hasil kerja kami diperoleh.

Ya Allah, hanya inilah sebesar-besarnya usaha yang mungkin kami lakukan, untuk mengajak manusia berbondong-bondong menuju ridha dan jannahMu. KAmi berharap curahan kasihMu senantiasa menyelimuti kami, agar tidak mudah dikecewakan oleh realitas objek dakwah, dan tidak mudah berputus asa dari Rahmatmu lantaran lelahnya menunaikan pekerjaan besar ini. YA Allah, berikan kami kekuatan iman, kesejukan pikiran, agar tak pernah bosan kami memenuhi hari-hari membersamai mutarabbi kami dalam meniti jalanMu.Amin.

Pengembangan STAIS menuju center for Excellent

Pengembangan STAIS Menuju Center for Excellent

Oleh: Imam Yahya
(Dosen Fakultas Syari'ah dan Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang)
Pengantar
Eksistensi Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIS) semakin hari semakin penting dalam rangka membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM dalam menjalankan pembangunan masyarakat untuk masa kini dan masa datang. Maju mundurnya suatu bangsa saat ini sangat tergantung kepada kemampuan profesional warganya dalam mengelola dan mengolah Sumber Daya Alam (SDM) yang tersedia. Untuk memiliki kemampuan ini seseorang tidak cukup lagi dengan pendidikan menengah, apalagi dengan pendidikan rendah saja.
Mantan Menteri Agama Malik Fajar, mengutip pernyataan E. Bolsius, menyatakan bahwa jika setiap orang ingin mencapai kemajuan harus menjamin dirinya dengan sebuah ijazah universitas. Maksudnya bahwa kemanjuan masyarakat akan ditentukan oleh tenaga-tenaga professional yang setara dengan lulusan Perguruan Tinggi, yakni tenaga terpelajar (ilmiah), professional (amaliah) dan bermartabat (ahlakul karimah). Konsekwensi logisnya, Perguruan Tinggi bukan lagi sebagai kebutuhan “mewah” bagi golongan elit, melainkan sudah menjadi kebutuhan masyaraka luas (A. Malik Fadjar, 1998: 137).
Apabila Perguruan Tinggi termasuk PTAIS sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat untuk masa depannya, maka hubungan antara Perguruan Tinggi dan masyarakat harus terjalin erat, terbuka, dan saling menopang. Perguruan Tinggi menempatkan masyarakat sebagai objek yang harus mendapat pelayanan dan pengarahan darinya dengan penuh tanggung jawab. Sebaliknya, masyarakat juga hendaknya menyadari kebutuhannya kepada Perguruan Tinggi sehingga menimbulkan rasa tanggung jawa dan kepeduliannya terhadap kehidupan Perguruan Tinggi.
Untuk itu sangat beralasan kalau masyarakat di kota sampai di pelosok desa memandang Perguruan Tinggi sebagai suatu keniscayaan (fardu ain) dalam mempersiapkan kader-kader di masa yang akan datang. Muncullah banyak Perguruan Tinggi dan PTAIS tidak saja di ibukota Provinsi, tetapi hampir di tiap Kabupaten Kota hingga Kecamatan terdapat Perguruan Tinggi, baik dalam bentuk Sekolah Tinggi, Universitas maupun Institut.


Problem PTAIS
PTAIS adalah lembaga pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat muslim, bertujuan untuk menghasilkan ahli-ahli agama Islam yang terpelajar, professional dan berakhlakul karimah. Tujuan ini mulia dan universal, untuk itu semua komponen masyarakat mendukung keberlangsungan sebuah PTAIS di manapun dan kapapun berada.
Dalam sejarahnya, upaya pembelajaran di PTAIS sendiri telah berlangsung sejak dibukanya Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) di Jakarta pada bulan Juli 1945 menjelang Indonesia merdeka. Sejak itu telah terjadi dinamika dan perkembangan pendidikan tinggi Islam di Indonesia berawal dari lahirnya STAI yang kemudian berubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta.
Perubahan STAI menjadi UII terjadi pada 1948, saat itu UII memiliki lima fakultas. Kemudian salah satu fakultas pada UII, yaitu Fakultas Agama diserahkan kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama yang kemudian dijadikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) dengan PP Nomor 34 Tahun 1950 dan ditandatangani oleh Presiden I tertanggal 14 Agustus 1950. Menurut pasal 2 dari PP Nomor 34 Tahun 1950 tersebut, dijelaskan bahwa Perguruan Tinggi Agama Islam bertujuan untuk memberi pelajaran tinggi dan menjadi pusat penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan tentang agama Islam.
Saat ini, perguruan tinggi Islam swasta, baik yang berbentuk universitas, institut ataupun yang lainnya telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ini tidak hanya terlihat dari jumlah lembaga, tetapi juga terdapat pada jumlah jurusan dan program studi yang ditawarkan. Untuk itulah pemerintah membuat kebijakan bagi PTAIS terkait dengan jurusan dan program studi yang ditawarkan. Dengan bermetamorfosisnya IAIN menjadi UIN lapangan PTAIS/PTAIN semakin lebar dan menjajikan secara operasional.
Menurut catatan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, Diktis memfasilitasi dan mengkoordinasikan lebih dari 500 Perguruan Tinggi Agama Islam yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah ini terdiri dari empat klasifikasi, yakni: 1 Enam (6) Universitas Islam Negeri (UIN). 2 Dua belas (12) Institut Agama Islam Negeri (IAIN). 3 Tiga puluh dua (32) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) 4 Empat ratus enam puluh satu (461) Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS).


No Perguruan Tinggi Jumlah PTAIN/S Jumlah Prog. Studi
1 UIN 6 225
2 IAIN 12 262
3 STAIN 32 241
4 PTAIS 461 1071
JUMLAH 511 1799




Sumber:http://www.ditpertais.net/06/profil.asp

Pada tahun 2007, Pusat Data dan Analisa Tempo pernah menyelenggarakan survei tentang persepsi masyarakat terhadap perguruan tinggi di Indonesia. Hasilnya, dari “top of mind” PTS, hanya Universitas Islam Indonesia (UII) yang masuk urutan ke-8 PTS terfavorit. PTAIS lain belum masuk dalam urutan awal.
PTAIS sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat secara umum kualitasnya masih memprihatinkan. Keadaan PTIS di Indonesia cukup bervariatif. Namun dari 461 PTAIS yang ada, hanya 5% di antaranya yang dapat dikatakan mapan. Dari 5% PTIS yang dinilai sudah mapan saat ini, diantaranya Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang dan beberapa universitas lainnya. Sementara selebihnya masih membutuhkan bantuan. Di manakah posisi STAIS Sofyan Tsauri Majenang?
Inilah yang menjadi problem PTAIS, termasuk STAI Sufyan Tsauri di Majenang belum menjadi Perguruan Tinggi ternama di daerah masing-masing. Beberapa permasalaha yang kompleks dia nataranya meliputi infrastruktur, mahasiswa, pembiayaan, proses akademik, dan kualitas lulusan.
Dari segi inftastruktur, walaupun pada umumnya PTAIS telah memiliki kampus, namun bervariasi antara yang berada di tanah milik dilengkapi dengan bangunan dan sarana yang memadai, namun ada juga yang masih menyewa, atau di kampus sendiri namun sarananya masih sederhana dan terbatas. Kampus PTAIS rata-rata dilengkapi dengan perpustakaan namun bervariasi antara yang banyak dan sedikit buku pustakanya. Begitu juga dengan laboratorium, baik micro teaching, komputer atau bahasa, rata-rata masih terbatas, bahkan ada yang belum memiliki.
Dari segi mahasiswa, banyak PTAIS kecil sekali animonya, apalagi selain Prodi PAI, sehingga kualitas in put tidak biasa diseleksi. Dampak Dari kecilnya jumlah penerimaan mahasiswa maka mengakibatkan sulitnya pembiayaan PTAIS, sebab rata-rata pembiayaan PTAIS tergantung pada dana Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). Sedikit sekali, PTAIS yang mempunyai sumber lain yang menjadi kiprah usahanya untuk membiayai program akademik. Bantuan dari pemerintah belum terbuka, harusnya Pemerintah menyetarakan anggaran bagi perguruan tinggi negeri dan swasta.
Dari problematika sarana yang terbatas, input mahasiswa yang kecil, jumlah biaya yang tidak memadai, berimplikasi pada problematika proses akademik. Dari segi kurikulum ditempuh pengurangan SKS sampai batas yang limitatif, dari segi hari perkuliahan dikurangi jumlahnya perminggu, rekruting dosen terbatas pada pemenuhan kebutuhan pokok, tidak mustahil terjadi penyederhanaan dalam proses perkuliahan dan ujian. Yang pasti, darma penelitian masih sangat terabaikan, kecuali dalam penelitian skripsi yang dilakukan mahasiswa. Begitu juga Kuliah Kerja Nyata atau yang sejenisnya sebagai salah satu program untuk darma pengabdian kepada masyarakat, ditunaikan dalam porsi yang terbatas.
Itulah problem klasik pengembangan PTAIS secara umum di berbagai daerah, tak menutup kemungkinan ini juga dialami oleh STAIS Sufyan Tsauri Majenang Cilacap. Namun ada problem akademik yang tidak banyak dibidik oleh oleh para penyelenggaran PTAIS, yakni tentang Perguruan Tinggi sebagai pusat keunggulan (center for excellent). Mengambil contoh perkembangan Pondok Pesantren di negeri ini. Pada zaman dahulu, banyak orang tua yang ingin mengirim pesantren karena ada keunggulan suatu pesantren. Sebut saja misalnya kalau ingin anaknya mempelajari ilmu alat, maka pesantren Sarang dan Lasem menjadi tujuannya. Kalau kepengin takhassus dalam ilmu tasawuf ada pesantren Mranggen atau Cilaacap. Apabila mengharapkan ilmu kejadugan maka pilihannya adalah pesantren Temanggung. Sementara pesantren beberapa pesantren di Pati dan Kaliwungi akan mengarahkan anak-anak santri takhassus ilmu fiqh.
Begitu juga dengan PTAI di masa sekarang ini. Kalau kepengin kuliah sambil menghafal Qur’an kirim ke UIN Malang, sedangkan persoalan Pemikiran Islam kirim ke UIN Jakarta, Filsafat dan Tasawuf ke UIN Jogya, dan Fiqih dan ilmu falaq ke IAIN Semarang.
Inilah nyang menjadi kekosongan sekaligus kesempatan untuk PTAIS untuk menjadikan dirinya sebagai center for excellent bagi sebagina ilmu-ilmu ke Islaman. Di tengah suasana problem klasik seperti tidak tersedia sarana dan dana yang banyak, namun PTAIS harus tetap berjuang maksimal dalam proses akademik melalui mekanisme yang sesuai dengan standar regulasi untuk mengantarkan para mahasiswa menjadi alumni yang memenuhi kompetensinya.
Dari pengamatan penulis selama menjadi Assesor di BAN PT, patut disyukuri bahwa berdasarkan hasil akreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, banyak PTAIS mendapat akreditasi yang tidak buruk, walau belum banyak yang mendapat akreditasi puncak, rata-rata sedang-sedang saja, antara B dan C.


PTAIS Sebagai Center for Excellent
Dari kondisi dan problem di atas, penulis menilai bahwa PTAIS sebenarnya mempunyai peluang untuk unggul karena PTAIS pada umumnya berdiri terlepas dari PTAIS yang lain sehingga tidak terkekang oleh gerak langkah PTAIS yang lain. Berbagai keputusan dapat diambil cepat tanpa harus memikirkan implikasinya secara nasional. Dengan kelonggaran yang dimilik PTAIS masih sangat terbuka peluang bagi PTAIS-PTAIS untuk berkembang lebih cepat.
Sebagai PTAIS yang membuka prodi PAI dan EI, STAI Sufyan Tsauri Majenang sangat memungkinkan menjadi pusat keunggulan (center for excellent) di lingkunga Kota Cilacap dan Majenang khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya. Prodi PAI harus mempunyai cirri khos sebagai prodi yang mencetak tenaga-tenaga kependidikan handal. Meski Prodi PAI secara factual menjadi prodi favorit di berbagai PTAIS, namun persaingan sesame penyelenggara pendidikan perlu diperhatikan. STAI Sufyan Tsauri harus bisa member keunggulan tersendiri dalam melakukan proses akademik yang kompetitif. Tanpa keunggulan tertentu semisal keunggulan di bidang penguasaan metodolgis misalnya, atau keunggulan di bidang penguasaan materi ajar fiqh, lambat laun akan ditinggalkan calon mahasiswa.
Begitu juga prodi EI di STAIS Majenang harus menjadi pusat pengembangan ekonomi Islam baik aspek teoritik maupun pragmatis. Sebagai prodi baru, EI menjadi pusat perhatian para penyelenggara lembaga ekonomi syariah. Suka atau tidak suka mereka harus merekrut lulusan prodi EI sebagai keharusan baik formal maupun substansial. Secara formal, Bank Indonesia mengharuskan pimpinan di lingkungan lembaga perbankan dan lembaga keuangan non-bank harus SDM yang memahami ekonomi syariah. Di lapangan penyelenggara perbankan syariah yang hanya mengandalkan produk-produk syariahnya semata, tanpa diikuti dengan kesyariahan SDM banyak ditinggalkan oleh nasabahnya.
Sebagai informasi di bidang perbankan Syariah, awal tahun 2009 ada 6 Bank Umum Syariah, dengan 711 kantor. Pada Juni 2010 Bank Umum Syariah menjadi 10 dengan 1302 kantor. Belum lagi dengan UUS yang hingga Juni 2010 menjadi 23 Bank Umum yang membuka Usaha Unit Syariah, dan 400 BPR Syariah di Indonesia. Perkembangan lain yang berkaitan dengan lembaga keuangan syariah adalah menjamurnya BMT atau KJKS. Pusat Koprasi Syariah dan BMT Center mencatat bahwa di tahun 2006 ada 3020 BMT, 2009 ada 4000, dan di akhir 2010 ditargetkan menjadi 10 ribu BMT/KJKS, angka yang sangat fantastic dan menantang para penyelenggara pendidikan berbasis Ekonomi Syariah.
Untuk itu upaya-upaya yang harus dilakukan tidak bisa seperti membalik telapak tangan, tetapi harus melalui beberapa fase; pertama, fase pembangunan kesadaran. Kedua, fase pengembangan sarana fisik dan fasilitas. Ketiga, fase pengembangan akademik. Keempat, fase pengembangan dan penjaminan mutu. Dan yang terakhir, fase aktualisasi diri sebagai perguruan tinggi yang sesungguhnya.
Harus ada keberanian dan kemampuan penyelenggara dan pimpinan PTAIS untuk mengambil kebijakan “strategis” dalam mengembangkan PTAIS. Bagi STAIS Majenang yang sejak 2008 telah telah mengambil keputusan brilliant, harus menerapkan prinsip al-muhafadhoh alal qadimis sholih wal akhdzu wal ijad bil jadidiil ashlah. Wallohu a’lamu bis showab.

STAIS MAJENANG

STAIS Majenang merupakan sekolah tinggi yang memadukan antara ilmu agama dan umum agar menghasilkan pribadi yang berkualitas memiliki kecakapan dalam IPTEK dan IMTAK.
Profil Struktur Pimpinan  STAIS
1.Drs. H. Masyhud, M.Ag sebagai Ketua
2.Drs.H. Suratman, M.Ag sebagai PUKET 1
3.Drs. H. Fathul Aminudin Aziz, M.M sebagai PUKET II
4.Saekhoni, S.Ag sebagai PUKET III
5.H. Moch. Makhrus, SM. M.Pd sebagai PUKET IV
Serta Jajaran  Struktural lainya.  Insya allah STAIS Majenang mempu mencetak pribadi yang handal dengan landasan IMAN dan IMTAK

Jadwal2 Dadakan STAIS Majenang

Diumumkan bahwa kuliah aktif di STAIS Majenang dimulai tanggal 9 Oktober 2010,tapi hari sabtu ini sekitar jam 9 saya di SMS sama Pak Suratman(Dosen bhs.Arab) bahwa pelajaran beliau dimulai hari sabtu ini pada jam ke 2...Kemudian saya coba menyebarkan SMS tersebut kepada temen2 dekat saya yang masuk pagi (berhubung saya masuk sore)...Dan ternyata benar adanya,pagi jam 9.30 WIB Pak Suratman berangkat...
Dan saya pun berangkat sesuai jadwal sore yaitu sekitar jam 16.00 WIB.Namun karena kekurangfahaman saya dan temen2,jam 16.00 tepat kami masih ngobrol di tempat parkir...selang beberapa menit saya melihat Pak Suratman pulang.....hahahahahahaha,saya panik dan langsung menuju kelas,tapiii........
ya benar,pelajaran terpaksa kosong...
Kemudian saya coba konfirmasi ke Kantor,ya...ternyata katanya kita ditunggu sampe jam 16.00 itu...coz,,,,beliau mau ada urusan Haji (beliau ikut jadi Petugas Haji)...and.....
jadwal dadakan dari info yang saya terima yaitu semester 1 bukan masuk hari sabtu tanggal 9 tapi dimajukan jadi hari Jumat tanggal 8 oktober jam 14.00 WIB dikarenakan hari sabtunya Pak Suratman mau ada tugas Manasik Haji...
So,jangan lupa buat temen2 semua ya.....jangan ngulangin keteledoran itu lagi...wwkwkwkwkwkwkwk

Ya cintaku Ya Nabiku

Belakangan ini semakin sering saja penghinaan demi penghinaan yang diterima oleh umat Muslim. Penginaan tersebut tak lain adalah penghinaan terhadap nabi Muhammad SAW. Penghinaan tersebut dituangkan dalam bentuk kata-kata ataupun gambar, bahkan ada pihak yang menyatakan tanggal 20 mei kemarin adalah hari bebas untuk menggambar sosok Muhammad, sayapun hanya mampu mengucapkan Masya Allah setelah mendengar berita tersebut, bahkan di Facebook ada pihak yang menyatakan bahwa Muhammad adalah perampok, nabi palsu, fedophil. Saya hanya ingin bilang kepada anda sebagai umat muslim, tidak perlulah anda menanggapi hal-hal yang seperti ini, karena semakin kita dihina maka akan semakin kita cinta kepada rasul kita Nabi Muhammad SAW. Sekarang saya ingin menceritakan beberapa kisah dimana kisah ini menggambarkan sebagaimana mulianya Nabi Muhammad SAW.
Cerita pertama adalah cerita nabi Muhammad,S.A.W sebelum wafat,
perhatikan betapa mulianya hati nabi, Disaat beliau sakit parah dan menjelang ajal pun ia masih ingat umatnya , Ketika hendak shalat beliau pingsan, dan ketika sadar yang ditanyakan pun masih umatnya. Simak cerita ini bukti kecintaan kepada umatnya.
Untuk yang sudah pernah baca atau dengar ini , saya hanya mengulangi dan memberikan pesan kesesama muslim dan untuk yang belum silahkan simak semoga menentramkan hati.
haxims.blogspot.com
Walaupun penyakit yang diderita Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sangat parah,akan tetapi beliau masih sempat menunaikan semua shalatnya bersama jama’ah para sahabatnya hingga hari itu, yakni hari kamis, empat hari sebelum wafat, dan pada hari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menunaikan shalat maghrib bersama mereka, pada saat itu beliau membaca surat “al-Mursalat.” (HR. al-Bukhari dari Umu Fadhl Bab Sakitnya Nabi)
Pada waktu isya’, sakit Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam smakin parah, hingga beliau tidak bisa ke masjid.’Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya:”Apakah orang-orang telah menunaikan shalat?”Kami menjawab:”Belum wahai Rasulullah, akan tetapi mereka menunggumu.” Beliau berkata:”Siapkanlah untukku air di bejana.” Kami pun melaksanakannya, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mandi, ketika hendak bangkit beliau pingsan, dan tak lama kemudian beliau sadar, dan bertanya:”Apakah orang-orang telah menunaikan shalat?.” Maka terjadilah untuk kedua dan ketiga kalinya apa yang terjadi sebelumnya, yakni mandi kemudian pingsan ketika hendak bangkit. Beliau menyuruh orang supaya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menjadi imam. Pada hari-hari tersebut Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu mulai shalat bersama mereka.(hadits mutafaq ‘alaihi)
Cerita yang kedua bukti toleransi Nabi terhadap sesama manusia, tidak memaksakan kehendak dan melindungi yang lemah disini terpancar kemuliaan hati nabi
Pengemis Yahudi dan Rasullullah SAW
Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.
Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?
Aisyah RA menjawab,Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja. Apakah Itu?, tanya Abubakar RA. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana, kata Aisyah RA..
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, Siapakah kamu? Abubakar RA menjawab,Aku orang yang biasa (mendatangi engkau). Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku, bantah si pengemis buta itu.
Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku, pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.
Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…
Jika Nabi Muhammad bisa mendengar ini Saya akan berkata begini :
Ya Nabi… sangat mulia Hati mu
Begitu besar kecintaanmu kepada kami Umat Islam
Sedangkan kami sering melupakan mu
Di saat ajal menjemputpun yang diingat adalah kami umat mu
Bukan keluarga atau hartamu
Ya nabi semoga Kami nanti bertemu dengan mudah-mudahan mendapat ridho mu.
Tenangkanlah hatikami disaat orang lain terus menghujat mu
Tidak ada kata-kata yang tepat yang bisa menggambarkan kemuliaan hati mu.