(Bagi yg tdk suka atas apa yg disampaikan abaikan saja,diam lbh baik
drpd berkata yg tdk baik dlm menentang hal yg disampaikan. Segala yg
disampaikan tdklah berhrp penerimaan,tdk jg perduli jika dibantah,sbb
segala hal kebajikan yg disampaikan semata krn Allah Ta'ala dlm berbagi
kebajikan pd sesama)
"Cinta Dunia dan Takut Mati"
Sahabat-sahabatku yg Insya Allah sll dlm ridha Allah Ta'ala.^_^
cinta dunia adalah pangkal segala dosa. Gemerlap dunia seringkali
membuat orang tersesat sehingga lupa pada tujuan hidupnya sebagai
musafir menuju alam akhirat.
Cinta dunia dan takut mati adalah
dua hal yang menyebabkan umat Islam tidak bermartabat, dan dalam sebuah
hadits , Nabi Muhammad Shallallahu'Alaihi Wasallam menyebut “penyakit
umat” ,karena penyakit itu, umat Islam menjadi seperti buih di lautan
yang terombang-ambing ombak. Mereka tidak punya pendirian, mengorbankan
idealisme, bersikap pragmatis bahkan oportunistis, terbawa arus, dan
menyimpang dari jalan yang sudah digariskan Allah Subhannahu wa Ta'ala
(syariat Islam).
Sahabat-sahabatku, Islam tidak melarang
umatnya untuk menikmati kesenangan duniawi, asalkan berada dalam
batas-batas yang telah digariskan Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Sebagaimana firman-Nya: “Dan carilah apa-apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al-Qashash: 77)
Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam membimbing umatnya bagaimana
sebaiknya menyelaraskan kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat agar
kita bisa meraih “fid-dunya hasanah wa fil-akhirati hasanah”
(kebaikan/kebahagiaan di dunia dan akhirat), dengan sabdanya:
“Bekerjalah engkau untuk duniamu seolah-seolah engkau hidup selamanya
dan beramallah engkau untuk akhiratmu seolah-olah engkau mati besok”
(HR. Ibnu ‘Asakir).
Dan ketahuilah Sahabat"ku,^^ Islam
tidak mengharamkan umatnya untuk hidup berlimpah harta dan menikmati
kesenangan duniawi. Asalkan semua itu dicapai dengan jalan halal, lalu
membayarkan zakatnya, mengeluarkan infak dan sedekah, siap membantu kaum
lemah, tidak menjadikan kekayaan itu sebagai tujuan hidup, dan tidak
membuat lalai dari mengingat Allah Subhannahu Wa Ta'ala.
Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian,
maka mereka itulah orang-orang yang rugi” (QS. Munafiqun:9).
Sahabat,
Islam bahkan mengharuskan umatnya mencari rizki guna memenuhi segala
kebutuhannya. Islam menilai, usaha dengan bekerja sendiri merupakan
sesuatu yang amat mulia, sedangkan mengemis merupakan sesuatu yang
hina.^_^ Hanya saja, jangan sampai umat Islam terlena dengan
kenikmatan dunia, sehingga melupakan aturan Allah dan kehidupan akhirat.
Jika itu terjadi, berarti umat terkena penyakit “cinta dunia”, yaitu
menjadikan dunia sebagai tujuan. Padahal, harta, kedudukan, atau hal
duniawi lainnya itu hanyalah sarana (jalan) untuk menggapai kehidupan
bahagia dunia-akhirat. Bahkan, kehidupan dunia ini hanyalah
“permainan”.^^
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman :
“Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak…” (QS. Al-Hadid:20).
Sahabat-sahabatku,
Menurut Imam Al-Ghazali, cinta dunia adalah pangkal segala dosa.
Gemerlap dunia seringkali membuat orang tersesat sehingga lupa pada
tujuan hidupnya sebagai musafir menuju alam akhirat. “Ibarat pemula
yang menunaikan ibadah haji, dia pasti disibukkan dengan segala
persiapan dan perbekalan serta perlengkapan kendaraannya, sehingga
akhirnya dia pun tertinggal oleh rombongannya dan gagal menunaikan
ibadah haji, malah dimangsa oleh binatang buas di padang pasir,” kata
Al-Ghazali (Teosofia Al-Quran, 1996:162).
Sahabat, Dunia
berasal dari kata “danaa” yang artinya dekat. Itu berarti, urusan dunia
adalah urusan yang kenikmatannya hanya bisa dirasakan di dunia ini.
Orang yang sibuk dengan urusan dunia berarti orang yang sibuk dengan
urusan-urusan yang kenikmatannya hanya bisa dirasakan di dunia ini,
bahkan bisa jadi malah bertentangan dengan usaha pencapaian kenikmatan
ukhrawi.^^
Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menyatakan, orang
yang menjadikan dunia sebagai tujuan (cita-cita hidupnya), maka dia
tidak akan mendapatkan apa pun dari Allah, justru dia akan senantiasa
menyiksa hatinya dengan empat perkara: kesusahan yang tidak ada
putus-putusnya, kesibukan yang tiada akhirnya, kemiskinan yang tiada
mencapai kekayaannya, dan angan-angan yang tidak akan pernah sampai
tujuannya selama-lamanya.
Dalam hadits lain Rasulullah
Shallallahu'Alaihi Wasallam menggambarkan nasib orang yang cinta dunia
di akhirat kelak. “Kelak pada hari kiamat akan datang suatu kaum yang
amal perbuatan mereka seperti Gunung Tihamah, tetapi mereka digiring ke
neraka,” ujar Rasulullah. Para sahabat bertanya: “Termasuk orang yang
mengerjakan shalat, Ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Ya, mereka
shalat, puasa, dan bangun di sebagian tengah malam. Dan bila ditawarkan
nilai dunia, maka mereka sama-sama bergegas merebutnya”.(Al-hadits)^^ Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman :
“Ketahuilah, bahwasanya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian dia menjadi hancur. Dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridaan-Nya. Dan, kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20).